Aku
sidiq kayana sebuah nama yang indah
memang namun tak seindah hidup ku, aku
adalah salah satu anak yang menurutku terlahir dengan keadan tidak berpihak
sama sekali padaku. aku dii lahirkan oleh salah seorang yang malu akan
kehadiranku sehingga aku terbuang diantara tumpukan sampah yang busuk. Hingga
sekarang aku hanya tahu aku di urus oleh seseorang wanita gelandangan yang juga
telah di renggut nyawanya 1 tahun yang lalu, kini aku teringat pada waktu itu
wanita yang aku yakini sebagai ibu ku menceritakan segalanya padaku
sebelum kematianya.
Hingga
suatu malam terasa sepi terdengar suara lalu lintas yang sesekali terlintas di
permukaan jalan serta dipandu dengan gemercik air hujan tetesan hujan yang kian
membasahi permukaan bumi. Kini hawa dingin seolah menyelimuti dunia kehidupan,
dan aku duduk diantara teras toko tak bertuan dengan mengelar seutas kardus
untuk menghilangkan setidaknya rasa dingin menyelimuti tubuhku, aku memikirkan
sesuatu yang seolah sangat susah untuk di pecahkan, terkadang aku hanya bisa
tertunduk seolah enggan menatap langit , terkadang sesekali menyanggah kepalaku
dengan kedua tangan seolah leherku tak mampu menompangnya, terkadang berjalan
kesana kemari seolah bimbang arah mana yang akan ku tuju. Dengan sedikit
menghembuskan nafasku serta memejamkan mata berkatalah dalam hati ku “kenapa
dengan ku Tuhan, kau renggut segalanya dariku, kmengapa harus aku” ucapku namun
karena keletihan ku akhirnya aku mulai terlelap dan tersadar di suatu tempat
yang sangat gelap dan terbisiklah sebuah kata “ karena aku sayang kamu” . seketika aku terbangun dan tersadar apa
maksud dari bisikan itu , aku mulai berjalan dari suatu tempat ketempat lain
sesekali aku menghampiri tempat diaman aku terbuang dengan membawa sebuah kain
sorban yang kata ibuku inilah satu-satunya bawaan dimana tempatku dibuang . aku
kalungkan di antara leherku . hari demi harai serasa tak sedikitpun ada
perubahan apa makna sayang dalam mimpiku apakah
itu hanya sebuah ungkapan atau itu hanyalah sebuah jawaban semu sebagai
penghiburku sesaat. Namun aku tak bosan selalu mengunjug tempat ku terbuang
samapai suatau ketika dalam lamunanku
“Nak, siapa namamu? dan apakah ini sorban mu?”
tanyanya padaku
“ Sidik
tante, iya tante ini punyaku” jawabku
singkat
“Usiamu
berapa tahun nak” tanyanya kembali
“6 tahun tante”
jawabku
“Diaman
ibumu nak” tanyanya kembali
“Aku
tak tahu tante kata orang yang merawatku
aku terbuang diantara tumpukan sampah ini” jawabku
Sambil menangis aku melihat wajahnya terasa
tampak kebahagiaan, namun terselip luka yang sangat mendalam sambil mengenggam tangan ku, aku merasa bingung
bercamour cemas kalau kalu ia akan bertindak jahat padaku, sambil duduk
tersimpuh
“ Aku
ibumu nak” tuturnya
“Apa
!!!! ibu, maksut tante” tanyaku heran
“Iya
aku ibumu nak, ibu yang sangat berdosa telah membuangmu di tempat hina ini”
“Lalu
kenapa tan, apakah aku salah, hingga
tante membuangku di tempat ini, atau tante malu atau kenapa” pertanyaan ku
bertubi-tubi seolah meminta penjelasan darinya
“Sekali lagi maafkan
aku nak, waktu itu orang tua ibu sangat malu memiliki anak haram karena ibu
hamil di luar nikah”
“Bukankah semua itu
kesalahan tante, bukan aku, lalu kenapa keburukan ini semua menimpaku tan, aku
sudah sangt banyak menerima kenyataan pahit ini” ujar ku dengan penuh kekecewaan
“Satu
hal yang perlu kau ingat nak ibu tak pernah sedikitpun bermaksut membuang mu”
jelasnya
“Lalu
ini apa tan, tante telah membuangku”
tanyaku
“ Sebetulny ada
alasan kuat mengapa ibu membuangmu nak, ibu hanya tidak ingin orag tua ibu
berhasil meracuni mu nak, dan ibu tidak punya pilihan lain selain membuangmu’
“ Tapi
bukan kah aku cucunya tan, kenapa dia tega melakukan itu” tanyaku
“Begitulah
manu sia nak ketika mereka hilaf maka mereka akan melakukan apa saja nak”
jelasnya
Sambil
mmemeluku terasa tetes demi tetes membasahi pipinya, seketika aku tersadar,
bahwa hal yang paling indah adfalah
memaafkan, lagian ibuku melakukan ini semua semata-mata karena kebaikan ku,
memang caranya salah, tapi setidaknya niatnya sudah baik.
Sambil
mencoba melepaskan pelukanya
“maafkan aku juga
tan, selama ini aku telah berfikiran buruk tentang mu, aku berfikir kau tak
mengiginkan kehadiran ku.
Sambil memegang pipiku
“Tolong
nak panggil aku ibu” mintanya
“Iya
bu” ujarku
“Sekali
lagi nak” mintanya kembali
“Ibu” jawabku dengan
polosnya
“Ikut lah dengan ibu
nak , ibu akan menebus semua kesalahan ibu, dan akan membahagiakan mu, mau ya”
“Lantas
bagaimana dengan kakek, bukan kah ia akan meracuniku jika aku kembali”
“Kakekmu telah
meninggal nak, dan di sebelum kematianya ia memintaku untuk mencarimu, dia
tampak ber salah sekali, dan maafkan beliau ya nak” tutur ibu
Aku tak mampu membalasnya hanya terdiam
sebagai jawaban ku
“Mau
ya tinggal bersama ibu” ajaknya kembali
Aku
hanya menjawabnya dengan sebuah isyarat anggukan kepalaku, di sela itu aku pun
mulai mendeskripsikan arti sebuah mimpi yang pernah aku alami bahwa memang
benar tuhan sangat sayang padaku, andai aku tidak terbuang mungkin aku telah
meninggal oleh tangan tangan manusia khilaf yang berdosa.
Karya : Muid Sidik