Senin, 20 April 2020

Fiksi Mini (Gadis Penjual Sayur)

Di pagi yang cerah. Tepat di keramaian pasar aku melihat gadis bermuka manis berwarna sawo matang. Duduk berdampingan dengan sang ibu. Menjajakan beberapa ikat sayur yang tertata rapi bak pasukan perang. dengan mimik muka yang terlihat anggun. Ia menawarkan setiap jualanya lewat mulut tipisnya. "Pak sayaurnya pak, bu sayurnya bu." Tampak Tak letih mulut manisnya berucap. Sorot mata yang sesekali kekanan dan sesekali kekiri, melihat lalu-lalang orang yang datang dan pergi.  Tetesan keringat seakan menghiasi setiap perjuanganya, mengkilap indah terpancar sinar matahari. Namun yang semakin menarik hatiku. Ia  Tersenyum manis serta ramah dalam setiap tutur katanya terlebih ia bingkai semua itu dengan hijab coklat sebagai penghias kepalanya. Aku tak kuasa sebetulnya untuk memebeli seikat atau dua ikat sayurnya. Yah sekedar berkenalan. Tapi dalam benakku untuk apa? Akukan anak rantau. Yang tinggal di kamar kecil tak berdapur. Makanan pun aku beli dengan instan. Memang tak mungkin kan aku membelinya. Dalam lamuanan ku aku mencoba menyadarkan perasaan ku. Terlebih terik mentari yang semakin panas memaksa langkah kaki ku  mencoba untuk menjauhinya. Tapi aku seakan tak mau beranjak. Aku paksa mataku tak menatap dan terpejam. Seketika "Tin, tin" suara bel motor menyadarkanku. Yang membuatku semakain tersadar. Aku melihat tatapan mata yang seakan ingin keluar dari klopak matanya. Tanganya yang kekar menunjuk padaku " Hei jalan pakai mata. Kau tak punya mata kah" . Aku hanya menelengkup kedua tanganku isyarat minta maaf kepadanya. ia pun lantas berlalu. Namun aku masih berdiri mencarai gadis manis yang duduk berdampingan dengan sang ibunya. Namun sedikitpun aku tak melihat. Hingga kini pandangan mata ku putar 180 derajat pun aku tak melihatnya. Dalam hati, aku bergumam " Ia sesungguhnya nyata atau sekedar ilusi" Oleh : Muid Sidik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar