Jumat, 24 April 2020

Tersesat Dalam Hujan

Karya :Muid Sidik 
        Dalam keheningan, sayup-sayup angin menyapa hari kulit yang perlahan mulai menggigil, sedang air hujan tak kunjung reda di atas sana, suara gemircik air yang di pandu dengan bising kendaraan yang berlalu lalang, keadan hati semakin kacau tatkala lampu penerang sengaja dimatikan. “Sial, Pelit sekali Engkau”. Gumam Reni Ia mulai menyalakan handphone yang sedari tadi berdering meminta untuk di isi kembali. Sambil menunggu ia menatap gugusan lantai yang tercetak indah tempat ia bernaung, bermotif kilau dipandu dengan warna hijau di tiang teras, sangat kontras dengan warna tembok yang berwarna merah sepusar dan putih selebihnya.
 “Sebetulnya indah numun tak seindah prilaku pemiliknya,” Gumam Reni kembali.
       Ia mulai kesal kala ia mendengar suara televisi yang dinyalakan dengan keras, seakan tak ada kata manusia yang layak di tuju untuk sang tuan rumah ini. Terlebih ia mulai menggigil kedinginan sebab hujan yang bercampur angin mulai membilas wajahnya, sesekali ia mengusap dengan kain jilbab diantara lehernya. Ia mulai cemas kala batrai handphonenya mulai kritis.
 “Ah sial sekali, Tuhan kapan kau sudahi air mata langit ini !!!” dengan menengadahkan tangan ia berucap. Ia mulai teringat dengan nasehat orang tuanya yang tidak memperbolehkanya untuk keluar rumah, namun ia tetap memaksakan diri, bahkan ia sempat mengancam untuk tidak berangkat kesekolah di esok hari apabila ia tidak diizinkan untuk pergi. Perlahan ia sadar mungkin ini karma dari dari tindakanya. Waktu kian malam sedang suasana semakin sepi, sebab sang rumah sekan sudah tak berpenghuni, hanya suara dering jangkrik dipadu dengan nada sumbang suara katak.
“Apakah aku nekat saja ?”, gumam dalam hatinya.
      Ia mulai menghampiri motor yang sedari tadi basah kuyup, tampak tak ada rongga sedikitpun yang kering. Semua basah terpaksa ia gunakan kain baju untuk membersihkan sedikit jok motornya, kemudaian ia mulai menyalakan, namun sudah puluhan kali ternyata tak sedikitpun tampak tanda-tanda hidup, sedang seluruh badanya telah basah kuyup. Kembali ia di posisis semula menunggu reda dan berharap ada pertolongan tuhan yang datang, saat ia termenung ia tersadar ada sorot lampu dengan segerombolan pemuda yang berjalan menggunakan jubah di barat sana,
"Ya Tuhan cobaan apa lagi ini" gumamnya.
     Ia mulai mencari perlindungan, sebab ia takut bila segrombolan pemuda itu bukan orang baik-baik justru akan mengancam nyawanya atau bahkan harga dirinya. Kemudian Ia bersenbunyi dibalik tiang teras yang sedari tadi tempatnya bersandar. Perlahan mulai mendekat, segerombolan pemuda itu ternyata berjumlah 4 orang, tampak ada suara yang kukenal dan sesekali ia memangil-mangil namanya.
“Reni, Ren kamu dimana Ndok?” Teriak salah satu pemuda.
Tak salah lagi itu suara abang Joni, kakak kandungku satu-satunya. Dan ternyata ia mambawa 3 sahabat karibnya.
“Iya Bang Aku disini?” Sahut Reni
“Alhamdulilah Ndok, Ibu sampai nagis dirumah menunggu kau tak pulang-pulang” Jawab Joni
“Iya bang motor Reni mati Bang”
 “Baiklah ayo segera pulang, biar motor Reni di urus sama kawan kawan Abang, yang terpenting Ibu bisa lega sekarang kau telah ditemukan”.


Pertanyaannya pesan apa yang anda tangkap dalam tulisan diatas komen di kolom komentar di bawah ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar